Cara: Pelajari naskah khotbah sebaik mungkin, baca berulang-ulang dan berlatih menyampaikan khotbah itu. 4.2. Penguasaan Audiens. Tujuan: Supaya pesan firman Tuhan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Cara: Kontak mata dengan jemaat, ekspresi wajah dan gerak-gerik yang mendukung, vokalisasi jelas. Karakter berasal dari bahasa Yunani kharakter, yang bermakna kurang lebih "mengukir dengan tongkat."Bayangkan karakter seperti sebuah cap yang Anda gunakan untuk menghasilkan kesan pada lilin yaitu diri Anda. Berapa pun usia atau pengalaman Anda, membangun karakter adalah proses pembelajaran seumur hidup yang melibatkan pengalaman, kepemimpinan, dan dedikasi terus menerus untuk tumbuh dan dewasa. Dalam hal ini, si pengkhotbah memformulasikan ide penulis menjadi ide khotbah dengan mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai bagi pendengar atau jemaat, membangun susunan khotbah yang sesuai dengan susunan penulis, dan akhirnya ditulislah sebuah tekstual dalam sebuah garis besar. 4. Cara mempersiapkan khotbah tekstual antara lain: a. BahasaIndonesia baku disebut juga bahasa Indonesia yang formal, yaitu bahasa Indonesia yang dituturkan dalam situasi resmi. Bahsa Indonesia baku dipakai dalam situasi berbahasa sebagai berikut: 1. Untuk komunikasi resmi, seperti dalam upacara-upacara kenegaraan, rapat-rapat dinas, surat-menyurat resmi,dan sebagainya. 2. 516 Bersukacitalah senantiasa. 5:17 Tetaplah berdoa. 5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 5:19 Janganlah padamkan Roh, 5:20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat. 5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 5:22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan. Khotbah Jumat termasuk salah satu syarat dan rukun salat Jumat sehingga setiap muslim tidak boleh sampai melewatkannya. Ada beragam materi yang bisa disampaikan oleh khatib selama berkhotbah. Dikutip dari laman NU Online dan Kemenag RI, berikut kumpulan contoh khutbah Jumat singkat dan terbaru yang sudah lengkap dengan doanya. "Sebaik-baik Tuhanadalah baik bagi yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menantikan pertolongan dengan tenang. Terimah kasih susunan ibadah. Balas Hapus. Balasan. (dilengkapi) renungan atau khotbah agar kami yang pemula juga pakai dalam pelayanan đŸ™đŸ»đŸ™đŸ»đŸ™đŸ» NwHu. RSRuangguru S28 Mei 2022 0237Pertanyaan4701Jawaban terverifikasiNCJawabanya sebagai berikut. Khutbah yang baik adalah yang mecakup rukun khutbah. Rukun khutbah yaitu hamdallah syahadatain shalawat taqwa ayat Quran pada salah satu khutbah pada khutbah kedua. Jadi,jawabanya sebagaimana paparan di beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!Yah, akses pembahasan gratismu habisDapatkan akses pembahasan sepuasnya tanpa batas dan bebas iklan!Mau pemahaman lebih dalam untuk soal ini?Tanya ke ForumBiar Robosquad lain yang jawab soal kamuRoboguru PlusDapatkan pembahasan soal ga pake lama, langsung dari Tutor!Perdalam pemahamanmu bersama Master Teacher di sesi Live Teaching, GRATIS! Connection timed out Error code 522 2023-06-16 163620 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8477ddd9c10b32 ‱ Your IP ‱ Performance & security by Cloudflare SUSUNAN KHOTBAH Khotbah yang baik adalah khotbah yang dipersiapkan dengan semaksimalnya sebelum khotbah itu ditampilkan. Salah satu dari persiapan itu adalah memperhatikan dengan benar susunan khotbah. Susunan khotbah yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi si Pengkhotbah maupun yang mendengar khotbah tersebut. Dengan kata lain barang siapa yang hendak mengadakan khotbah, harus tahu apa yang hendak ia katakan dan bagaimana ia hendak mengutarakannya. Tidak cukup hanya mengumpulkan bahan dan mengolahnya. Terlebih lagi ia harus menyusun bahannya dalam suatu kesatuan yang terperinci hingga merupakan ikhtisar.[1] Sebuah khotbah harus tersusun dengan baik. Bebrapa garis-garis yang jelas dapat disusun dan dapat pula menerangi keseluruhannya. Perlu diingat bahwa pengkhotbah hanya mempunyai waktu yang terbatas untuk menyampaikan khotbahnya. Untuk itu pengkhotbah harus memaksimalkan khotbahnya dengan waktu yang terbatas tersebut sambil memperhatiakan kebutuhan jemaat yang berbeda-beda. Kenyataannya setelah setengah jam berbicara, pengkhotbah sudah banyak kehilangan perhatian pendengarnya. Maka sebelum setengah jam berlalu, pengkhotbah harus sudah menyampaikan hal-hal yang penting dari khotbahnya. Dan hal ini hanya mungkin jika khotbahnya tersusun dengan baik. Oleh karena itu kerangka khotbah adalah berguna dan perlu, baik bagi pengkhotbah ataupun bagi jemaat yang mendengarkan khotbah itu. Berikut adalah bagian dari susunan khotbah I. Pendahuluan Menurut para ahli homelitika, kesan pertama sangat penting bagi para pendengar, pendahuluan yang baik akan memikat hati para pendengar. Karena itu perlu dikemukakan hal-hal yang menarik perhatian, pertanyaan atau persoalan yang hangat, peristiwa atau pengalaman yang menjadi buah bibir serta perasaan yang meliputi hati mereka. Tidak semua khotbah harus memakai kata pendahuluan. Kata pendahuluan bisa diucapkan sebelum atau sesudah pembacaan perikop. Kata pendahuluan yang baik tidak terlalu panjang atau terlalu pendek. Ada baiknya mengangkat hal-hal yang terjadi dalam kehidupan setiap hari. Si pengkhotbah berangkat dari hal-hal yang diketahui menuju hal yang belum diketahui pendengar. Fungsi kata pendahuluan adalah untuk menuntun pendengar menuju khotbah itu.[2] Pendahuluan perlu diarahakan pada kelaparan sipendengar yang menginginkan santapan rohani yang menyenangkannya. Pendahuluan janganlah bertele-tele atau dibuat-buat sehingga tidak mengena pada nats atau ngawur. Pendahuluan tidak boleh menghalang-halangi pendengar. Janganlah menjemukan jemaat dengan berputar-putar disekitar situasi masa nabi-nabi, misalnya konteks historis nats. Pendahuluan hendaknya secepat mungkin mengantar pendengar kepada keadaan sebenarnya, dengan cara langsung melibatkan pendengar ke dalam keadaan nats itu. Misalnya nats tentang lazarus dan orang kaya. Sebagai pendahuluan pengkhotbah dapat bertanya siapakah saudara, Lazarus atau orang kaya ? II. Tema Khotbah yang teratur baik dan mempunyai garis-garis besar yang jelas, menghindarkan pengkhotbah melantur tanpa disadari. Khotbah yang teratur baik, membatasi si pengkhotbah untuk selalu berbicara menurut garis-garis besar dan memaksa pengkhotbah supaya jangan meninggalkan pokok yang ia uraikan. Suatu pengalaman umum mengajarkan kepada kita bahwa anggota-anggota jemaat biasanya tidak dapat memahami isi khotbah ; mereka hanya dapat mendengar saja. Semuanya akan menjadi bertambah sulit, jika khotbah itu tidak tersusun dengan jelas atau tidak dapat dimengerti oleh sebagian jemaat. Beberapa garis-garis besar akan sangat memudahkan jemaat untuk mengikuti dan mengingat berita yang disampaikan. Garis-garis besar itu diringkaskan dalam apa yang kita namakan tema. Tema yang baik adalah pendek. Ia hanya memuat satu pokok. Tema ini sudah barang tentu diambil dari nats. Dengan syarat nats lebih dahulu ditentukan. Kita tidak boleh memulai dengan tema dan kemudian mencari nats yang sesuai. Tema yang baik adalah sederhana. Hanya menyebut satu pokok, atau dua pokok yang sangant erat sekali hubungannya. Tidak pernah dua pokok yang berbeda sama sekali. Jika tema terbatas, maka dengan mudah si pengkhotbah dapat membatasi diri kepada pokok yang satu itu saja. Ia harus bertekun pada pokok itu. Ini bukanlah jalan mudah, setiap orang mempunyai kecenderungan untuk melantur, lebih-lebih kalau ia fasih bebicara. Berikut ada aturan-aturan yang benar untuk memilih tema Setia pada isi nats Harus berisi satu pokok Tema Sebaiknyalah satu tema dibagi, atas dua atau tiga pokok. Juga pembagian ini berguna, baik untuk pengkhotbah atauupun untuk para pendengar. Tema yang dibagi-bagi dalam beberapa pokok itu adalah laksana “sangkutan” centelan, tempat menyangkutkan pikiran. Pokok-pokok ataupun subtema-subtema harus berurutan satu sama lain secara logis sub-tema itu mewujudkan pengolahan tema pokok. Misalnya suatu khotbah dengan mengambil tema ”kuasa salib” berdasarkan 1 Kor 118 dapat dibagi sebagai berikut Kuasa yang disangkal Kuasa yang diterima Kuasa yang menguatkan manusia Dengan cara demikian nats tersebut dapat diterangkan dan diterapkan kepada jemaat dengan lebih jelas. Pengutaraan menurut pokok-pokok itu tidak boleh menjelma menjadi beberapa khotbah yang berdiri sendiri-sendiri. Menyebutkan secara teratur nats dan temanya itu membuat bahwa semuanya dialamin sebagai suatu kesatuan. Dalam khotbah itu ada garis yang menjulang ke atas. Bagian-bagiannya tidak terletak pada taraf yang sama. Tema dan pembagiannya memperlihatkan garis yang naik klimaks Cerita tentang penyembuhan sepuluh orang yang sakit kusta Luk 171-19 dapat bertemakan “ siapa yang percaya kepada-Nya ? “ berdasarkan ayat 19 Pembagiannya dapat menunjukkan garis naik seperti berikut Sepuluh orang sakit yang telah memohon kesembuhan Sepuluh orang sakit telah sembuh Seorang berterimakasih kepad Tuhan atas kesembuhannya. Dialah yang memiliki kepercayaan yang sejati III. Isi Khotbah Isi khotbah tidak lain adalah Firman Allah. Yaitu firman Allah yang telah ditafsirkan oleh sipengkhotbah, dan siap untuk diberitakan kepada jemaat. Berkhotbah adalah menyampaikan firman Allah yang telah digumuli si pengkhotbah.[3] Perlu dihindari bahaya yang biasa disebut “spring board sermon”, yaitu khotbah papan loncatan lepas dari teks lalu mengembangkan pikirannya sendiri. Boleh jadi dia pandai, namun tidak menyampaikan firman Tuhan. Isi khotbah dapat dipoles dengan memberikan ilustrasi-ilustrasi, baik yang berupa gambar maupun cerita. Dengan demikian akan semakin membantu jemaat untuk memahami isi dari khotbah tersebut. IV. Aplikasi Khotbah Aplikasi khotbah adalah bagaimana berita Alkitab/Firman Allah menjadi relevan bagi penerima khotbah. Dalam Aplikasi, khotbah dibuat kena mengena dengan kehidupan nyata si penerima khotbah. Tentu sangat baik apabila pengkhotbah harus mengenal keadaan yang dialami dan digumuli penerima, baik apabila pengkotbah terlibat dalam pergumulan yang sama setidak-tidaknya dapat memahami sehingga dapat merasakan apa yang dibutuhkan penerima atau jemaat Mengingat bahwa khotbah adalah pedang bermata dua. Pengkotbah tidak perlu menjauhi permasalahan yang kebetulan juga sedang dialaminya. Bahkan hal tersebut dapat menjadi penguat bagi jemaat untuk melihat fungsi firman bagi kehidupan konkret. Biasanya aplikasi ditarik pada kehidupan bersama masyarakat maupun gereja, kehidupan keluarga maupun kehidupan pribadi. Ada baiknya apabila pengkotbah dapat menerangkan apa aplikasi bagi hidup bersama, apa bagi keluarga dan apa bagi kehidupan pribadi. Aplikasi dapat berupa pembenaran, teguran, penghiburan ataun penugasan. V. Kesimpulan Kesimpulan merupakan bagian dari Penutupan khotbah. Kesimpulan adalah intisari dari keseluruhan isi khotbah, yang dibuat dalam sebuah kalimat maupun paragraf. Diadalam kesimpulan lah akan tampak klimaks dari sebuah khotbah. Dalam kesimpulan jugalah tampak apa yang menjadi tujuan khotbah. Kesimpulan erat hubungannya dengan isi dan arah pekabaran khotbah yang akan memberikan dorongan kepada pendengar serta menggerakkan mereka dalam sikap hidupnya. Ringkasan atau kesimpulan khotbah dapat juga dilakukan dalam doa. Doa sesudah khotbah dapat menjadi sarana yang baik untuk membuat ringkasan atau kesimpulan. [1] S. de Jong, KHOTBAH Persiapan-Isi-Bentuk, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009, hlm 57 [2] KHOTBAH dan PENGKHOTBAHNYA, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009, hlm 60 [3] KHOTBAH dan PENGKHOTBAHNYA, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009, hlm 64 Khutbah Jumat merupakan amalan yang harus memperhatikan hukum serta rukun yang mengatur untuk kaum muslim laki-laki. Dalam teks pun, terdapat pembagian serta tata cara, yang merujuk pada teknik untuk – Berita Islami, Tuhan, Allah Azza wajala telah mengajarkan kepada Rosul-Nya untuk menyeru satu dua bait agar ummat muslim mendapat hikmah untuk hidup mereka lewat khutbah Jumat. Hal tersebut turun temurun, menjelma menjadi kewajiban Muslim laki-laki untuk saling menyeru kebaikan dalam waktu Ayu Bumiayu Penulis Berita IslamiIslam merupakan ajaran yang sangat indah, sangat teratur, serta memperhatikan aspek-aspek kecil dalam hidup mengatur manusia sedemikian rupa, guna mendapatkan syafaat dan keselamatan dari-Nya saat akhirat datang menemui akan mencatat amal baik mereka dan menyuruh para malaikat turun ke bumi untuk mencatat hingga aspek yang lebih saat majelis memulai untuk melaksanakan khutbah, para malaikat-malaikat tersebut berhenti mencatat, dan mulai mendengarkan tentang materi apa yang akan di bahas dalam majelis hal itu, kita bisa mengartikan bahwa betapa pentingnya sebuah khotbah saat sholat Jumat, hingga membuat para malaikat berhenti sejenak mencatat amal baik manusia di juga beritaku Pidato Khotbah dan Ceramah Perbedaan 3 Jenis Dakwah Dan ContohMaka, tidak ada salahnya jika kita membahas lebih dalam mengenai Khutbah Khutbah Pertama Pada Jumatan Foto Detik Daftar IsiRukun KhutbahBagian Penting Pada Isi KhutbahMemuji AllahSholawat Kepada RasulullahWasiat KetakwaanAyat Suci AlquranBerdoaHukum Khutbah JumatPembagian Struktur Teks Khotbah JumatPernyataanAlasanPembenaranDukunganModalTata Cara Khutbah JumatApakah Isi Khutbah Dibaca Atau Dihafal?Model MembacaKesimpulanSungguh mulia bagi orang-orang yang berangkat dan menjadi orang pertama yang ada dalam majelis saat sholat Jumat tiba, dan mereka mendengarkan khutbah yang bertujuan mendekatkan diri kepada iman dan taqwa, serta menanamkan pada dirinya tentang nilai-nilai dari materi khutbah sebagai warning dalam hidup agar senantiasa berada pada jalan kebenaran yang Allah sebelum itu, ada beberapa rukun khutbah yang perlu kita pahami dan taati, sehingga khutbah yang kita berikan kepada ummat bisa tersampaikan dengan Penting Pada Isi KhutbahMaka rukunnya antara lainMemuji AllahKhotbah tanpa memuji maka tidak akan sempurna. Memuji kebesaran Allah saat khutbah pertama serta khutbah ke riwayat Syekh Ibnu Hajar Al-Haitami, mengatakan bahwa saat khutbah pertama dan kedua, menyarankan untuk mengawalinya dengan memuji Allah seraya mengucapkan Alhamdulillah, nahmadu Lillah, Innalhamda Lillah, dan Kepada RasulullahMelantunkan shalawat Nabi pada khutbah ke dua, hal ini harus dilakukan oleh seorang khatib saat melaksanakan khutbah, pada khutbah kedua adalah melantunkan Shalawat Nabi sebagai pembukanya. Bahkan salah satu hadist mengatur bagaimana pelafalan shalawat Nabi yang bisa kita pakai saat melaksanakan khutbah sholat Jum’at.“Shighatnya membaca shalawat Nabi tertentu, ialah komponen kata berupa as-shalatu, serta isim dhamir dari beberapa asma Nabi Muhammad SAW..”Wasiat KetakwaanBerwasiat mengenai ketakwaan kepada AllahUntuk hal ini, prinsipnya ialah mengajak para ummat Muslim untuk selalu bertakwa kepada Allah serta menjauhi larangan yang tidak Allah Syekh Ibrahim Al-Bajuri tentang hal ini, ialah “Kemudian berwasiatlah pada ketakwaan. Belum ada ketentuan khusus dalam pendapat yang Ibny Qasim mengatakan bahwa ummat muslim harus berkumpul atas seruan taat serta menghimbau untuk menghindari takwa ialah mengerjakan perintah-Nya serta mengindari larangan-nya, padahal tidak demikian pada menyampaikan salah satu pendapat yang sesuai dengan pendapat Syekh Ibnu hanya sebatas menghindarkan dari dunia serta segala tipu daya yang ada menurut ulama
”Ayat Suci AlquranMembaca ayat suci Al-Qur’an pada salah saat berkhutbah. Membaca Al-Qur’an saat pada salah satu khutbah, menjadi sebuah keharusan dengan tujuan materi khutbah bisa tersampaikan dengan baik serta mengandung banyak poin penting. Untuk jamaah sholat Ayat Suci Pada Khutbah Jumat Foto MerdekaDan saat membaca ayat suci Al-Qur’an, banyak yang menyarankan untuk membaca ayat Al-Qur’an secara sempurna agar makna yang terkandung pada ayat tersebut bisa tersampaikan langsung kepada jamaah sholat dalam riwayat hadist mengatakan “Rukun keempat ialah membaca satu ayat dengan tujuan memberikan pemahaman serta makna yang sempurna. Ayat-ayat tersebut dapat berupa janji-janji, ancaman, cerita, maupun sebuah hikmah dari ayat tersebut. Terkecuali ayat “tsumma nadhara”, atau “abasa” yang tidak memiliki pemahaman yang membacakan ayat Al-Qur’an lebih utama dilakukan pada khutbah pertama dengan penempatan pada khutbah kedua, agar ummat dapat mengerti keberadaan doa untuk kaum mukmin pada khutbah ke dua..”BerdoaBerdoa untuk para kaum mukmin saat selesai khutbah. Rukun yang terakhir adalah berdoa untuk para mukmin dengan tujuan agar selamat saat akhirat datang ke dunia pada saat khutbah terakhir. Untuk pemilihan doa awalannya, bisa menggunakan “Allahumma Ajirna Minnannar”, Khutbah JumatBanyak sekali pendapat mengenai hukum dari khutbah Jum’at. Ada yang mensyariatkan untuk menghadiri khotbah bagi mereka yang tidak bisa, maka harus melakukan shalat Jumat hadist riwayat dari berbagai yang kedua adalah, tidak masalah jika tidak bisa menghadiri khutbah Jum’ jika ada seseorang yang hanya bisa melaksanakan shalat Jumat, maka sudah dianggap sah serta amalan sholat Jumat sudah cukup. Hal tersebut juga merujuk kepada pendapat para ulama serta riwayat hadist, seperti riwayat hadist Abu Hanifah, Struktur Teks Khotbah JumatKhutbah memiliki struktur penting yang tersusun dalam bagian-bagiannya. Sebab berbeda antara khutbah dengan pidato maupun dasarnya Khotbah pada sholat Jumat adalah beberapa teori yang membahas mengenai pembagian struktur teks untuk khotbah Jumat satunya dari teori argumentasi oleh Abdul Rani, mengatakan bahwa ada lima unsur pembagian struktur khutbah Jum’at, yaituPernyataanMerupakan sebuah kebenaran yang khotib ucapkan kepada para jamaah sholat Jumat, dengan memaparkan beberapa alasan mendasar dengan tujuan untuk memperkuat kebenaran yang khotib kemukakan pernyataan juga terbagi atas tiga dasar, yakni 1 fakta, 2 nilai-nilai, 3 tentang bentuk ini, masuk dalam kajian komunikasi argumentatif, yang berisi dalil dan fakta serta alasan posisi inilah, harus ada Ayat Alquran, yang masuk dalam struktur ini. Atau bukan hanya merupakan argumentasi kuat. Jawaban dari pertanyaan kenapa why, maka narasi jawabannya mengandung alasan dan penjelasan karena, sebab dan sebuah bukti yang khotib paparkan kepada para jamaah khotbah Jumat dengan tujuan untuk memperkuat argument mengenai kebenaran yang khotib katakan dalam ini biasanya berbentuk eksperimental, ilmu pengetahuan yang khotib dapat, maupun hasil uji dari sebuah Sebagai Penguat Pernyataan Foto DedeNamun yang paling baik adalah menggunakan Hadist, sebab pernyataan pada awal diatas. Akan terdapat hadist yang mendukung pernyataan merupakan sebuah pernyataan yang merujuk kepada kaidah-kaidah yang ada, dengan tujuan sebagai pertahanan antara alasan serta pembenaran disini, berfungsi sebagai salah satu hal yang bisa jamaah shalat jumat terima dengan menggunakan logika mereka, serta dapat membuat mereka berpikir secara ini berisi tambahan hadist atau kisah sahabat Rasulullah atau Nabi juga beritaku Urutan Lengkap 25 Nabi dan Rasul, Daftar Wajib Diketahui dan KisahnyaDukunganDukungan dalam hal ini, ialah senjata sebagai penguat dari ketiga aspek tadi. Hal ini biasanya berupa sebuah pengalaman dari khotib, ataupun orang lain, lalu berupa hasil wawancara dengan narasumber yang valid, dan maksudnya adalah yang memberikan gagasan penguat pada pembenaran dan sebuah bentuk dari frasa yang memberikan efek derajat kualitas pada pernyataan serta alasan yang khotib paparkan kepada jamaah sholat ini terbagi atas dua jenis, antara lain Modal kepastian, serta modal kemungkinan. Oleh karenanya bentuk dari frasa modal ini antara lain sangat mungkin, kiranya, rupanya, sejauh ini, masuk akal, dan kepada pembahasan futuristik atau berbicara pada masa Cara Khutbah JumatKhotbah jumat akan terlaksana pada saat setelah adzan berkumandang. Saat yang sama, khotib harus mempersiapkan diri untuk berdiri dan mulai menyampaikan beberapa materik khutbah Jum’at kepada jamaah sholat Sholat Jumat FotoBumiayuMaka ada beberapa peraturan cara saat melakukan khotbah Jumat saat berada di harus menyampaikan materi khutbah Jum’at dengan tidak memberikan sikap arogan, bahkan menyampaikan materi khutbah Jumat seperti sedang orasi. Cukup tawadhu agar semua materi tersampaikan dengan yang khotib sampaikan kepada Jamaah sholat Jumat haruslah yang bermanfaat bagi para Jamaah untuk berdoa bersama untuk keselamatan ummat Muslim yang ada di dunia saat hari kiamat tersebut datang. Dengan memberikan isyarat kedua tangan menengadah saat akan melakukan doa Isi Khutbah Dibaca Atau Dihafal?Dalam sub ini, ada banya sekali pendapat yang memiliki value masing-masing, dan keduanya bisa khotib pakai untuk menyampaikan isi dari materi khotbah Jumat kepada para jamaah sholat kita bahas dari yang menghafal terlebih berkaca saat zaman Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan seorang khatib yang sangat terhormat karena kemampuan beliau dalam tidak pernah mengajarkan para sahabat dan ummat terdahulu untuk membaca isi khotbah Jumat, selalu terlihat tidak membawa apa-apa ke depan ini memberikan pandangan kepada para jamaah sholat Jumat, bahwa beliau memang benar-benar menguasai materi yang beliau sampaikan kepada tersebut turun temurun kepada sahabat-sahabat Nabi dalam melakukan khutbah Jum’ hal tersebut apa yang bisa kita simpulkan? Yakni sebuah kepercayaan diri serta pandangan dari para jamaah tentang kemampuan kita. Kita bisa terlihat siap dengan materi yang kita berikan kepada para itu kita juga bisa mengondisikan para jamaah untuk bisa memperhatikan apa yang kita ucapkan kepada mereka, dan membuat mereka bisa lebih paham mengenai materi MembacaLalu selanjutnya adalah teknik kelemahannya adalah khotib terlihat kaku, serta biasanya gerak-geriknya sangat terlihat sedang menghafal teks isi bacaan khutbah. Apalagi jika dari awal khotib sudah merasa gerogi, dan mereka akan sedikit lupa mengenai materi yang akan khotib sampaikan kepada para Jamaah sholat ini ada setelah perubahan zaman, dengan kemajuan teknologi serta penemuan-penemuan baru ini menitikberatkan pada pembacaan isi dari materi khutbah Jumat kepada para sama, yakni memberikan pemahaman kepada para jamaah mengenai materi yang khotib sampaikan, serta mereka bisa mengambil hikmah dari materi tersebut. Namun, untuk metode ini memiliki kelemahan satunya adalah pandangan para jamaah mengenai kesiapan dari khotib mengenai penguasaan materi yang khotib tersebut berikan kepada para Jamaah. Mengiingat pandangan Khotib tidak tertuju kepada para hal tersebut menjadikan mereka melakukan hal yang sama, yakni tidak memperhatikan apa yang khotib katakan. Juga akan terlihat kaku, mengingat khotib sangat terpatok dengan teks bacaan materi khutbah mau menggunakan teknik membaca atau menghafal, hal tersebut kembali lagi kepada tersebut merujuk kepada kenyamanan khotib saat menggunakan salah satu teknik tersebut, apakah mereka nyaman menggunakan teknik menghafal, atau lebih terbantu dengan menggunakan teknik juga beritaku Kalimat Penutup Islami Pidato, Ceramah, 3 Organisasi MahasiswaYang terpenting adalah, isi materi bisa tersampaikan kepada Jamaah sholat Jumat, dan mereka bisa mengambil hikmah dari materi tersebut, serta bisa mengimplementasikan ke kehidupan sehari-hari ulasan kali ini, semoga Republika, ï»żPENGANTAR Mengawali tulisan ini, baiklah kita simak pendapat-pendapat umat beriman tentang khotbah pastor yang dikirim melalui SMS dan dimuat di Majalah HIDUP “
.Umat menghendaki khotbah yang CEKAK, AOS’! yang penting bkn lamanya berkhotbah, ttp relevansinya n penyampaian yang variatif. Nuwun. Anton 081511063xxx. “Khotbah pastor tdk b’bobot, umat ketiduran. Umat ya melaksanakan isi khotbah pastor. Pastor teori doang! Perlu ditambah sks kotbh di Seminari Tinggi. Terlalu pagi ditahbiskan jadi imam? Roman 081376663xxx. “Bbrp pastor kl khotbah btele-tele n tdk sesuai dg buatannya
.alangkah baiknya sblm khotbah hrs ada sapaan ya matang n pantang biar Roh Kudus bkerja. Rachel 081399318xxx. “Khtbh tak mnrik n monoton, mslh klasik tnp ada prbhn. Imam prlu membuka diri thd kritik, tdk asyik dan cr pndg sndiri. Slain hrs mnrk, khtbh hrs mnjd trg & hrpn thd realita problem sosial umat
.” Ngena 081378628xxx. Suara sebagian umat ini menjadi perwakilan selentingan nada-nada ketidakpuasan umat pada umumnya akan khotbah pastor yang tidak menarik dan membosankan. Nyatalah bahwa berkhotbah adalah keprihatinan kita bersama yang kian mencuat akhir-akhir ini ke permukaan. Bunyinya makin nyaring bergema. Kita sadar dan seolah dibangunkan dari tidur panjang yang melelahkan khotbah harus menarik dan mendarat. Sasaran itu mau dicapai tetapi serentak kita dihadapkan pada dilema, yang menarik dan menyenangkan itu belum tentu sepadan dengan ajaran otentik Gereja.’ Bisa saja menarik dan banyak ketawa-nya tetapi substansi makna Kitba Suci dan Tradisi Gereja terlupakan. Maka pengkhotbah ditantang untuk berkhotbah secara menarik serentak yang fundamental Kitab Suci dan ajaran iman terpelihara. A. APA ITU HOMILETIKA Istilah homiletika berasal dari kata sifat Yunani homiletike yang dihubungkan dengan kata techne. Techne homiletike artinya ilmu pergaulan atau ilmu bercakap-cakap. Dalam kata sifat homiletike’ terkandung kata benda homilia yaitu pergaulan percakapan dengan ramah tamah. Kata kerja homilein terdapat empat kali di dalam Perjanjian Baru Luk. 2414, 15; Kis. 2011; 2426. Tiap-tiap orang yang bertugas berkhotbah harus memikirkan apakah sebenarnya dasar pekabarannya dan bagaimanakah cara berkhotbah yang baik. Rasul Paulus sendiri telah memikirkan soal itu dan menguraikannya dalam I Kor. 1 – 3. St. Agustinus dalam bukunya “De Doctrina Christiana” menyelidiki ilmu khotbah dan membedakan 2 bagian 1. Homiletika material/Modus Inveniendi soal bahan-bahan isi khotbah itu, & 2. Homiletika formal/Modus Proferendi cara penyampaian khotbah. Pada tulisan ini saya mau membahas kedua hal itu sekaligus dengan judul “KOTBAH Isi yang Kontekstual dan Pembawaan Memikat.” Bukan tanpa alasan, tulisan ini adalah share pribadi,’ kritik dan sumbang-saran atas fenomena khotbah yang menjadi keprihatinan kita bersama sebagai sinyalemen di zaman ini untuk kita. Tidak ada pretensi dari pihak saya untuk berbicara secara mendalam dan tuntas atasnya pada goretan sederhana ini. Cukuplah saya memaparkan sinyalemen umum sejauh saya lihat dan alami. Sebab, pokok ini teramat luas dan kaya. B. ISI KOTBAH YANG KONTEKSTUAL ITU


 homiletika material a. Mudah dimengerti umat setempat Setiap orang adalah bentukan dari latar belakang yang berbeda-beda, baik keluarga, lingkungan, budaya, suku, agama, dll. Oleh karena itu, tataran nilai, cara pandang, pola sikap, dsb berbeda untuk tiap-tiap orang. Hal inilah yang oleh filsuf Hans-George Gadamer kelahiran Marburg 1900 sebagai “prejudice/vorurteil” prasangkaa, apriori. H. G. Gadamer mau menentang paham Hermeneutika Romantis yang mau menghindari setiap prasangka/apriori. Bagi mereka prasangka/apriori itu tidak baik, bertentangan dengan kebenaran untuk itu setiap prasangka/apriori harus dibersihkan jika kita mau mendekati sesuatu. Menurut Gadamer pengenalan kita tidak dapat melepaskan diri dari prasangka. Menghindari prasangka sama dengan mematikan pemikiran. Itu tidak berarti bahwa interpretasi menjadi usaha subyektif belaka. Sebanyak mungkin harus kita sadarkan prasangka-prasangka yang menjuruskan pemikiran kita, tetapi adalah naif sama sekali jika kita sanggup mengambil sikap tertentu tanpa prasangka apapun. Pengkhotbah yang bijak mesti memahami maksud dan pemikiran Gadamer ini. Jemaat beriman berbeda-beda latar belakang dan pemikirannya. Tidak semua sama rata. Tentu sangat berbeda umat yang hidup di daerah perkotaan dengan di pedesaan. Berbeda jemaat yang sehari-harinya bekerja di ladang dengan mahasiswa STFT yang pergulatan harian mereka di lingkup filsafat dan teologi. Sesuatu menjadi menarik manakala bahan yang diperbincangkan dikhotbahkan sesuai dengan latar belakang kita, ada apriori mengenai bahan itu. Tidak murni baru sama sekali. Teologi yang sangat abstrak dan pola pikir filsafat yang rumit mungkin amat digemari para mahasiswa tadi. Untuk jemaat sederhana, pembicaraan khotbah mengenai hidup konkret mereka tentu lebih mudah kena dan dimengerti. Dan kita tahu yang penting pesan khotbah sampai. Kalau untuk mahasiswa dengan bahasa yang tinggi maka untuk jemaat sederhana dengan bahasa yang sederhana pula. b. Mendalam tetapi Mendarat Ada kecenderungan pengkhotbah baca pastor untuk berkhotbah terlalu tinggi. Makin tinggi, makin mengawang-awang dianggap makin berbobot. Khotbah terlalu asyik dengan diskusi teologis, namun berhenti pada tafsiran teologis itu, kurang menyentuh kehidupan nyata umat. Sebenarnya, khotbah sedemikian mendalam tidak salah, bahkan sangat baik. Masalahnya, melulu teologis mengandung bahaya monotonisme dan terlalu ideal, kering dan datar. Awalnya khotbah membuat umat kagum tetapi tidak menggerakkan umat untuk merenung dan berbuat karena makna makna ktobah tidak membumi dan kurang menyentuh kehidupan nyata umat. Dibutuhkan para pengkhotbah yang bisa berteologi secara teks dan konteks. “Teks” mengusung makna mendalam sementara “konteks” menyiratkan makna mendarat. Obrolan-obrolan ringan yang akrab di telinga kita, membuat uraian sulit dan rumit sangat mudah. Justru membuat yang rumit menjadi ringan dan sederhana adalah pekerjaan yang tidak gampang. Isi khotbah yang mendarat membutuhkan kepekaan pengkhotbah akan situasi jemaatnya. Si pengkhotbah harus turun’ ke dalam pemahaman warga jemaat. Sebagai gembala ia harus lebih mengenal domba-dombanya. Semuanya perlu disapa dengan bahasa mereka. Sapaan meski sederhana sangat bermakna justru karena seorang gembala mengenal ragam hidup umatnya ada yang sedang bahagia karena baru mendapat momongan, berbunga-bunga karena mendapat pacar baru, ngambek karena baru bertengkar dengan teman, suami, atau isteri, sedang sedih karena kecolongan harta benda, dan seribu satu ragam situasi hidup jemaat. c. Berkumandang dari kedalaman hati Orang yang berbicara melulu atas dasar rasio pasti tidak menarik. Hati berbicara sangat mendalam dan kerap menyentuh segi terdalam dimensi hidup manusia. Ketika Yesus tampil di pentas publik, banyak orang yang terkagum-kagum kepadaNya. Banyak orang yang tersentuh dan takjub sebab Yesus berbicara dari kedalaman hatinya. Berbeda dari ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi yang selalu mengutip kitab-kitab Taurat. Dengan hati, Yesus berbicara dan terjun dengan situasi jemaat. “Mereka semua takjub, sehingga mereka memperbincangkannya, katanya “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa
””. “
mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya “Yang begini belum pernah kita lihat.”” Seperti Yesus demikianlah kiranya para pengkhotbah. Pengkhotbah yang sangat peka dengan sendirinya akan berbicara dari kedalaman hatinya. Hati yang murni mencerminkan keprihatinan dan bela rasa compassion dengan hidup jemaat. Ada kecenderungan orang modern kembali ke zaman rasionalisme di mana rasi dijunjung tinggi sebagai satu-satunya kebenaran yang rasional adalah masuk akal. Apa yang tidak rasional tidak dapat diterima.’ Banyak orang lupa, iman hanya dapat dialami oleh hati & persasaan yang peka. Allah sering berbicara sangat halus dan lembut. Untuk mendengarkan suara Allah itu manusia tidak bisa hanya mengandalkan rasio. Ia harus menajamkan hati. Rasio manusia tetap sah, namun dalam mencari kebenaran Allah rasio harus memakai kaca mata iman. Dalam iman katolik, iman dan akal budi adalah dua sayap yang tak terpisahkan. Namun tetap diakui bahwa iman “sedikit lebih tinggi” dari pada kemampuan akal budi; bdk. Credo ut intellegam-nya Anselmus Canterbury. Dalam situasi tertentu, akal budi tunduk pada iman. d. Men – share – kan iman Seorang pengkhotbah adalah seorang penyaksi iman. Maka, khotbah sebenarnya tidak melulu uraian teologis – eksegetis- biblis. Namun khotbah juga adalah share iman. Pengkhotbah membagikan pengalaman permenungannya atas realitas Allah. Realitas Allah pun yang terungkap dalam Kitab Suci senantiasa berbicara tanpa pernah tuntas. Tuhan tidak pernah selesai’. Ia senantiasa berbicara untuk semua dimensi hidup manusia lintas budaya, usia, pendidikan, dan semuanya. Maka tepatlah jika dikatakan bahwa kompetensi homilis tidak mulai dengan berbicara tetapi berawal dari mendengarkan. Dalam ilmu lain anda boleh berdoa sebelum belajar, tetapi dalam proses mempersiapkan khotbah anda harus berdoa. Artinya, jika mau mewartakan Sabda Allah maka kita harus berkomunikasi dengan pemilik Sabda itu sendiri, Allah. Jika refleksi mulai memudar maka yakinlah kita bahwa kematian daya pukat khotbah akan semakin mendekat. Komunikasi dengan Allah permenungan, refleksi inilah yang mau kita saksi-kan kepada jemaat beriman. Intimasi dengan Allah akan membuat pengkhotbah penuh dengan Roh-Kudus. Kita ingat bagaimana rasul Petrus dan kesebelas rasul yang lain memberi kesaksian tentang iman mereka setelah dipenuhi oleh Roh-Kudus. bdk. Kis. 214-40. Petrus dan rasul lainnya menjadi cermin bagi kita sebagai penyaksi iman di zaman ini. Seperti Petrus, kiranya kita mampu membuat jemaat terharu Kis. 237 menggerakkan mereka untuk bertanya “Apa yang harus kami perbuat saudara?” Roh_Kudus membantu kita agar mengamini bahwa bukan lagi kita yang hidup melainkan Kristuslah yang hidup dalam diri kita, seperti nasihat Rasul Paulus. Semangat demikian menyingkirkan ambisi manusiawi untuk terkenal, menyingkirkan nafsu untuk mewartakan’ diri sendiri dan merangkul komitmen menjadi penyaksi Kristus saja. Sebagaimana halnya musik, khotbah memiliki suatu jiwa. Dalam dunia musik, seorang pianis yang bagus tidak memainkan not-not, melainkan memainkan lagu’ anonimous. Satu not menjadi berarti karena not yang lain. Sendiri ia tidak berarti sama sekali. Kesatuan not-not itu membentuk satu kalimat lagu dan satu kalimat lagu itu memiliki jiwa yang hendak disampaikan. W. A. Mozart, dan musisi terkenal lainnya meletakkan sebuah jiwa dalam harmoni musik. Mendengar alunan musik klasik langsung hati kita terarah kepada tokoh musik tertentu karena ada sebuah jiwa yang dikandungnya. Demikian khotbah, ia memiliki jiwa jika pengkhotbah meletakkan kesaksian imannya di dalam khotbah tersebut. Khotbah terasa hidup karena dijiwai oleh pengkhotbah lewat pengalaman dan permenungan hidupnya. C. BAGAIMANA PEMBAWAAN YANG MEMIKAT? Homiletika formal Daya tarik dan khasiat khotbah bergantung bukan kepada kata-kata yang keluar dari mulut pembicara tetapi terutamalah kepada daya sinar kepribadiannya. Ketika Demosthenes, ahli pidato Yunani kuno, ditanya apakah yang paling penting bagi seorang ahli pidato, Demosthenes menjawab “Pertama pembawaannya; kedua pembawaannya; ketiga pembawaannya.” Satu-satunya ukuran sebuah pidato adalah bagaimana pembawaan dan pengaruhnya bagi pendengarnya. Kalau isi pidato bagus tetapi pembawaaan kurang maka pidato itu gagal. Pidato bukan hanya kata-kata, kata-kata hanya sebagian dari pidato. Teks pidato yang pernah dibawakan oleh mantan Presiden Soekarno tidak seberbobot jika teks yang sama dibawakan oleh orang yang tidak pintar berpidato. Lantas bagaimana pembawaan yang menarik itu?  Tampil dengan penuh keyakinan Seseorang yang tampil dengan ragu-ragu akan tampak dari mimik dan raut wajahnya. Bagaimana mungkin seseorang mau meyakinkan pendengar sementara sendiri ia tidak tampak meyakinkan? Dalam wajah seseorang yang penuh keyakinan akan tergurat sebentuk kepercayaan diri. Bandingkan dengan Stefanus. Stefanus yang penuh Roh-Kudus memberi kesaksian kepada orang banyak dengan penuh keyakinan. Dia bersaksi kepada tua-tua dan ahli-ahli Taurat. Mereka melihat muka Stefanus sama seperti muka seorang malaikat. Keyakinan inilah yang serentak akan membakar’ pengkhotbah dan para pendengarnya. Akan sangat berbeda jika seseorang mulai diliputi rasa cemas dan takut dalam berkhotbah. Orang yang mendengar pun akan ikut cemas dan tidak nyaman. Apa penyebab rasa takut dan cemas ini? Carl Gustaf Jung menyebut bahwa kecemasan kegugupan ini “ketidaksadaran kolektif.” Menurut teori ini, segala pengalaman batin nenek moyang kita sampai yang paling jauh pun, masih berbekas dalam jiwa manusia. Sekarang dalam situasi tertentu, perasaan-perasaan purbakala itu mau muncul lagi. Gugup cemas juga terjadi karena pengkhotbah terlalu memikirkan dirinya sendiri, nama baik dan kehormatannya. Atau bisa jadi, ia kurang mempersiapkan diri. Ia takut pendengarnya akan mengetahui kelemahannya ini. Untuk mengatasi kegugupan, pembicara seharusnya mempersiapkan diri sebaik mungkin, belajar menenangkan batin dan pernafasan, dan yakin bahwa kegugupan hanya bisa diatasi di dalam praktik. Dan lagi, rasa takut dan cemas pertanda positif juga bahwa kita tidak menilai diri lebih dari yang sebenarnya, tetapi realistis. Rasa takut menandakan bahwa orang memiliki kesadaran akan keberhasilan. Orang-orang profesional sendiri tidak luput dari penyakit ini. Mereka bisa karena biasa latihan.  Tampil apa adanya Tampil penuh keyakinan memang sangat perlu. Tetapi tampil apa adanya jauh lebih penting lagi. Bukan pesimisme. Justru orang yang tampil artifisial lebih kerap mengundang antipati pendengar. Yang artifisial itu tidak menarik. Ingat pendapat Nietzsche “Pembicara yang mula-mula malu dan kikuk sedikit, dialah yang dapat simpati auditorium.” Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Masing-masing kepribadian itu unik dan menarik. Tampil sesaui kepribadian masing-masing akan sangat indah. Khotbah kiranya dibawakan oleh pembicara dengan disinari seluruh kepribadiannya yang unik itu. Pribadi itu lebih penting dari pada kata-katanya. Bahan khotbah yang cemerlang pun tidak menawan hati orang kalau diketahui si pembicara adalah manusia yang tidak ikhlas. Be your self, itulah yang utama. Kita perlu berhati-hati dalam meniru-niru orang lain terutama gerak-geriknya. C. H. Sporgeon menceritakan bahwa ada seorang pastor yang waktu berkhotbah meniru-niru gerak-gerik orang lain Ketika mengatakan bangkit dia mengangkat kedua tangannya. Tetapi ketika mengatakan “Lalu ia berbalik
” pastor itu berbalik lantas membelakangi pendengar. Spontan para pendengar menjadi riuh melihat gerak-gerik pastor tersebut.  Varietas Delectat’ Berkhotbah sebagaimana tadi di atas adalah sebuah seni. Kita mau meng – hidup – kan teks yang mati’ itu lewat gaya berbicara dan variasi yang kita buat. Variasi versus monotonisme sangat menyenangkan. Sebuah kemajuan akhir-akhir ini bahwa banyak variasi khotbah dikembangkan. Ada yang mengemas khotbah dalam bentuk puisi, lagu, cerita, drama, dll. Khotbah juga bisa diselingi dengan musik instrumental, koor/vocal group yang tematis, menonton cuplikan film, dll. Harap diingat bahwa variasi hanyalah fasilitas facilis – e = mudah, forma dan bukan substansi. Janganlah variasi mangabaikan substansi iman, dan keduanya mesti dibedakan dan dihargai dalam tataran masing-masing.  Hal-hal Praktis yang kerap Terlupakan  Nafas “Dilihat dari segi psikologi, berbicara itu adalah menghembuskan nafas. Menurut tujuannya, berbicara berarti pertama-tama, bernafas yang benar,” demikian Erich Drach. Suara amat erat kaitannya dengan nafas. Suara yang tidak baik bisa disebabkan oleh pernafasan yang kurang baik. Karena suara terjadi bila selaput suara digetarkan oleh arus nafas yang keluar dan getaran itu bergaung dalam rongga kerongkongan, mulut, dan hidung. Ada empat cara bernafas yang kita kenal a. Pernafasan dada b. Pernafasan perut c. Pernafasan sisi dari rongga perut dan dada d. Pernafasan dalam dan penuh Pernafasan dalam dan penuh adalah kombinasi dari pernafasan dada, perut, dan sisi rongga dada dan perut. Seseorang yang pandai berbicara harus menguasai teknik ini.  Suara “Bicaralah supaya kulihat engkau,” kata Orang Yunani. Kepribadian dan watak orang dikenal dari suaranya. Dalam nada suara dan cara berbicara kita terungkaplah manusia apakah kita. Modulasi suara sangat menentukan. Modulasi versus suara monoton. Modulasi berarti satu perubahan ritmis dari intonasi bahasa dalam hubungan dengan naik turunnya suara secara sadar. Oleh modulasi, orang dapat berbicara cepat dan lambat, kuat dan halus, tinggi dan rendah – atau kombinasi dan variasi sesuai dengan keinginan pembicara – dan di samping itu suara juga mengarakterisasi suara menjadi ramah, gembira, sedih, sayu, ironis, dll. Namun perlu juga mengetahui bahwa nada suara setiap orang perihal tinggi, sedang, rendah, dll erat terkait dengan kebudayaannya. Nada suara dan cara berbicara orang Surabaya berbeda dari orang Surakarta, beda nada suara Orang Batak dengan Orang Jawa. Untuk itu pengkhotbah harus mengenal siapa pendengar suku dan latar belakangnya. Tak menutup mata juga bagi pengkhotbah untuk berlatih terus untuk kualitas suara yang baik.  Gerak-gerik dan Bahasa Tubuh Bahasa tubuh body language adalah gerak-gerik tubuh atau bagian tubuh seperti wajah, mata, alis, tangan, bahu yang dipergunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain. Bahasa tubuh yang juga dikenal dengan nama kinesics merupakan bentuk interaksi atau hubungan antar manusia, yang tidak menggunakan bahasa tertulis dan lisan. Bahasa tubuh mencakup berbagai ungkapan atau gerak tubuh. Pertanyaan “Perlukah gerak-gerik dan bahasa tubuh dalam berkhotbah” rasa-rasanya tidak pada tempatnya. Sebab gerak-gerik dan bahasa tubuh adalah bagian integral dari berbicara. Berbicara adalah gerak badan. Kita berbicara bukan hanya dengan mulut tetapi dengan seluruh badan. Seluruh badan ikut serta menyatakan dan menjelaskan apa yang diucapkan mulut. Orang yang terhambat dalam gerak-geriknya kurang berbakat untuk menjadi pengkhotbah yang baik.  Perasaan dan humor cerita Tiga pilar yang saling terkait/integral dalam hidup manusia yakni rasio, kehendak, dan perasaan. Perasaan membuat manusia itu sungguh manusia. Ia membuat manusia sungguh dapat merasa, hadir’. Perasaan adalah sebuah fakta dalam hidup manusia. Karena pengaruh bawah sadar, perasaan itu unik adanya apa yang dirasakan seorang A tidak persis sama dengan yang dirasa seorang B. Perasaan-perasaan menjadi indikator tentang pribadi orang yang bersangkutan sedang senang, bosan, marah, lelah, dll. Indikator-indikator yang ditunjuk oleh perasaan-perasaan itu pada dirinya adalah murni dan subyektif. Oleh karena itu, perasaan harus juga diimbangi oleh rasio dan kehendak * perasaan marah —memukul! * rasio “Jangan pukul!!” * kehendak sadar mengapa harus tidak memukul. Perasaan tampaknya sangat sepele sehingga banyak pengkhotbah mengabaikannya. Namun, akhir-akhir ini makin disadari bahwa ritus yang terlalu kaku dan rasional menimbulkan suasana yang kering dan membosankan. Orang-orang modern yang dihantui jadwal yang padat, alur gerak yang serba cepat, persaingan-persaingan hidup tentunya amat merindukan sapaan afeksi dan perasaan yang hangat. Seorang pengkhotbah mau memesonakan pendengarnya, tetapi orang baru mau tertarik dan membuka diri untuk buah pikiran yang berharga kalau perasaan pun disentuh dan hati dihangatkan. Alangkah baiknya juga kalau seorang pengkhotbah pandai membungkus khotbahnya dengan ceritera, contoh, dan sindiran yang lucu. Hal kecil ini pun sering terlupakan. Padahal orang suka dihibur, orang suka tertawa. Kalau khotbah dibawakan dengan ceritera dan humor berbobot, pesannya lebih gampang diterima. Anthony de Mello, SJ, seorang guru rohani melukiskannya dengan sangat indah. 
Guru-guru kerohanian umat manusia seperti Budha dan Yesus menciptakan sarana untuk menyingkirkan daya tolak dalam diri pendengarnya cerita. Mereka tahu bahwa kata-kata yang paling memikat yang dimiliki oleh setiap bahasa adalah “Pada suatu ketika
.” Mereka tahu bahwa menolak kebenaran adalah biasa, tetapi menolak suatu cerita adalah tidak mungkin. Vyasa, pengarang Mahabarata berkata bahwa kalau kita mendengarkan cerita dengan cermat, kita tidak pernah akan menjadi orang yang sama lagi. Sebabnya ialah cerita itu akan menyelinap masuk ke dalam hati kita dan meruntuhkan tembok-tembok dan membuka jalan bagi yang ilahi. KESIMPULAN Sebagai kesimpulan baiklah diulang apa yang menjadi pokok bahasan kita dalam tulisan sederhana ini. Tulisan ini mau membahas 2 pokok sekaligus yang tak terpisahkan satu sama lain Isi khotbah homiletika material dan cara membawakan isi khotbah itu homiletika formal. Isi khotbah yang berbobot sangat penting tetapi paling menentukan adalah pembawaan pengkhotbah yang menyangkut bagaimana isi yang berbobot itu disampaikan. Isi khotbah yang “mati” mau dihidupkan dengan pembawaan memikat si pengkhotbah. Berkhotbah adalah tugas yang tidak gampang. Ia hanya bisa dilatih terus menerus lewat pengalaman dan praktik berkhotbah. Namun satu hal yang kiranya tidak diabaikan oleh pengkhotbah kualitas hidup pengkhotbah sendiri adalah khotbah yang hidup. “Verba docent exempla trahunt.” Memang kata-katalah yang mengajar tetapi contoh/teladan hidup jauh lebih memikat dan memukat jemaat beriman. Ini jauh lebih sulit karena memerlukan komitmen penghayatan sepanjang hidup pengkhotbah itu. Menutup tulisan ini baiklah ditekankan bahwa pengkhotbah harus belajar dan bercermin kepada siapa dan apa yang baik di luar dirinya. Diri pribadi tidaklah satu-satunya kebenaran mutlak. Orang yang mau berkembang adalah orang yang terbuka dan mau belajar dari mendengar orang lain. “Orang yang menyadari kelemahan-kelemahan dan kerapuhannya sendiri jauh lebih besar dari orang yang melihat malaikat, “ imbuh guru rohani Iskak dari Ninive. BIBLIOGRAFI Balela, Yoseph Solor. “Menata Hidup Dalam Perspektif Ensiklik FIDES ET RATIO dari Paus Yohanes Paulus II”. Dalam Rajawali. Tahun V, no. 02 Juni 2007, hlm. 153 Bertens, K. Filsafat Barat Abad XX Inggris-Jerman. Yogyakarta Kanisius, 1983 de Mello, Anthony, Doa Sang Katak 2. judul asli THE PRAYER OF THE FROG. Diterjemahkan oleh I. Suharyo, Pr, M. Joko Prakosa, & Th. Surasto Pramuji. Yogyakarta Kanisius, 1990. Hamma, F., Iman dan Perasaan. Yogyakarta Kanisius, 1987. Ginting, Khotbah dan Pengkhotbah. Jakarta PT BPK Gunung Mulia, 2003. Hendrikus, Dori Wuwur, SVD. BERKOTBAH Suatu Petunjuk Praktis. Ende Penerbit Nusa Indah, 1985. ———– . RETORIKA.. Yogyakarta Kanisius, 1991. Hunsakar, Phillip L., Anthony J. Alessandra. Seni Komunikasi bagi Para Pemimpin. judul asli The Art of Managing People Diterjemahkan oleh A. M. Mangunharjana. Yogyakarta Kanisius, 1986. Kristianto, Eddy A., OFM. the ART of PREACHING, kiat sukses pewartaan sabda Jakarta Penerbit Obor Jakarta, 2004. Röthlisberg H. Homiletika Ilmu Berkotbah. Jakarta Badan Penerbit Kristen – Jakarta, 1967. Verrijt, Eduard, OFMCap. ELOQUENTIA Kursus Berpidato. Pematangsiantar SMU Seminari Menengah – Pematangsiantar, tanpa tahun penerbit. diktat

susunan khotbah yang baik adalah